Video Seorang Imam Katolik Menarik Rambut Anak-Anak Saat Persiapan Komuni Pertama
Akhir-akhir ini di sosial media (Facebook) dihebohkan dengan video yang tidak lazim, sebuah ritual yang aneh, dimana seorang imam menarik, mendorong anak-anak di atas altar.
Sebenarnya apa yang terjadi...? kenapa bisa begitu..? di Gereja manakah itu..? pertanyaan pertanyaan itu kemudian muncul dalam benak saya dan tentunya dalam benak pengguna sosmed Indonesia. (Lihat video disini)
Berdasarkan penelusuran yang saya lakukan, peristiwa ini terjadi di salah satu Gereja Brasil. Video ini menimbulkan kontroversi di seluruh Amerika selatan di mana rekaman itu mulai disebarkan dan berkembang seperti virus.
Pertama-tama saya ajak teman-teman semua melihat kembali video tersebut, dalam video ini anak-anak didampingi oleh orang tua mereka, wajah dari orang tua anak-anak ini terlihat biasa saja, tidak menunjukan kecemasan.
Tak satu pun dari orang-orang dewasa di dalam gereja, termasuk pembantu imam, bereaksi atas prilaku ini. Bahkan imam terlihat tersenyum seperti menggangap ini sebagai candaan.
Menurut beberapa media online, anak-anak yang ditarik rambutnya adalah anak-anak yang sedang dalam persiapan menyambut Komuni Pertama.
Imam yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa itu adalah pemberkataan secara ortodox.
Beberapa komentar di sosmed mengatakan bahwa mereka tidak akan menempatkan anak-anak mereka dalam antrian ini, dan beberapa orang mengatakan semoga video ini sampai di Vatikan dan segera memecat imam ini.
Selain video ini, perna beredar vidoe dimana imam melakukan penamparan seorang gadis suku maya, disebuah gereja di Meksiko.
Bagamana Kita Katolik Menyikapi Ini?
Saya coba menjawabnya, bagaiman sikap kita untuk menghadapi peristiwa unik ini. Saya memulainya dengan pertanyaan? di video terlihat orang tua dan yang lain biasa-biasa saja...apakah ini sebuah tradisi di daerah tersebut? Jika itu sebuah tradisi gereja harus tetap menyikapinya dengan tidak mengorbankan nilai-nilai iman Katolik.
Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa “proses integrasi Gereja ke dalam budaya tertentu adalah suatu proses yang panjang. Hal ini bukan hanya masalah adaptasi eksternal, karena inkulturasi adalah suatu transformasi yang dalam dari nilai-nilai budaya yang otentik melalui integrasi nilai-nilai tersebut ke dalam kristianitas, dan juga mengintegrasikan kristianitas ke dalam berbagai macam budaya manusia.” (Redemptoris Missio, Ch. V). Namun lebih lanjut, Paus Yohanes Paulus menegaskan kembali bahwa di dalam proses inkulturasi, integritas dari iman Katolik tidak boleh dikorbankan .
Kerena Gereja Katolik senantiasa bersentuhan dengan kehidupan banyak orang dan budaya, maka Gereja perlu merenungkan dan mengadaptasi diri tanpa mengorbankan nilai-nilai iman Katolik, seperti yang telah ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II. Gereja harus mampu untuk memberikan nilai-nilai kekristenan, dan pada saat yang bersamaan mengambil nilai-nilai yang baik dari budaya yang ada dan memperbaharuinya dari dalam.
Para Imam dapat mendiskusikan masalah inkulturasi ini dengan lebih seksama dan mendalam, sehingga Gereja dapat tetap mempertahankan nilai-nilai iman Katolik, namun secara bersamaan juga dapat masuk dalam budaya lokal.
Comments
Post a Comment