Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Ketika Manusia Mengkhianati Allah

Ketika Manusia Mengkhianati Allah Pada mulanya adalah terang, dari bintang berpendar menyisiri ruang jauh hingga menyatu dilorong gelap. Pada mulanya adalah suara, bisikan daun gugur dalam tarian angin lembut dan percik air jatuh seperti bernyanyi. Saat itu, awal dimana leluhur adalah alam, tenggelam jauh dalam semedi dan bersyukur. Jauh dan tak terlihat, Dia yang Esa melihat semuanya sempurna maka jadilah Adam sang penguasa terlahir sendirian dalam sepi. Terlalu larut dalam hening yang suram, Yang Esa enggan berdiam diri, maka jadilah Hawa pelengkap kesempurnaan dengan nafsu yang tumbuh membakar. Saat itu batu dan kayupun bertelinga. Tak terlalu lama, awan hitam memuntahkan amarahnya, dengan petir sebagai pedang, Yang Esa bergumam sedih pergilah kau bersama nafsu, titah Ku telah kau langgar. Begitulah cerita ini dimulai.....Kita..! saya, kau dan mereka ada karena pengkhianatan manusia terhadap Allah. Abad telah berganti abad, alam kini tak muda lagi,

Teman Ahok vs Politik Dan Kebencian

Teman Ahok vs Politik Dan Kebencian Sebuah "kegelisahan" menjadi kekuatan yang tak bisa dibendung, dibangun oleh sebuah gerakan anak muda yang menamakan dirinya sebagai Teman Ahok. Citra ahok menjadi tokoh yang bersih dari korupsi diuji secara brutal dan terarah untuk satu tujuan lengserkan Ahok. Bagaimana tidak, Ahok bertubi-tubi dihadapi tuduhan korupsi yang dibangun oleh elit politik maupun pembenci. Seribu cara dilakukan agar Ahok bisa diseret ke meja hijau, dibungkam dan bui. Kita mungkin pernah dengar ungkapan yang mengatakan sebaik-baiknya orang pasti ada titik jahatnya, sehebat-hebatnya orang yang bilang dirinya anti korupsi bisa saja terjerumus dalam korupsi. Saya mengiyakan ungkapan itu, sebagai landasan utama untuk berpikir bahwa tidak ada seorangpun didunia ini yang bersih 100 persen dari kesalahan. Landasan ini juga yang dibangun oleh lawan politik dan pembenci Ahok, mencari dan terus mencari, kesalahan, kelemahan yang dibuat Ahok.

Shalat Tarawih Pertama Di Bulan Suci Saya Dirikan Di Pastoran

Shalat Tarawih Pertama Di Bulan Suci Saya Dirikan Di Pastoran Sebuah pengalaman yang menarik, dimana toleransi merupakan suatu hal yang indah, perbedaan bukanlah penghalang, bukan sebagai ajang untuk memilah-milah manusia, memisahkan manusia dari manusia atau mengelompokan manusia. Bertahan hidup dengan ego itu bagus, namun jika berlebihan akan menghancurkan diri kita sendiri. Manusia dibumi ini bukan kita sendiri. Sebagai orang Indonesia, kita seharusnya berbangga. Kita diajarkan untuk saling menghargai, menjaga dan saling menolong sejak kita dilahirkan di negeri pertiwi ini. Pengalaman kali ini saya dikutip dari akun facebook Ade Siti Barokah. Siti menceritakan pengelaman pribadinya dimana dia disayangi oleh seorang suter di Polandia yang membuatkan dirinya coklat panas dan biskuit. Lebih lanjut lagi Ade Siti Barokah mengatakan bawah dirinya melakukan shalat tarawih pertama di bulan suci di pastoran. Berikut pengalaman pribadi Ade Siti Barokah yang diambil dari aku fa

Remaja Dengan Pemikiran "Terserah Saya"

Remaja Dengan Pemikiran "Terserah Saya" Mungkin anda pernah mendengar ungkapan seperti ini "Hidup saya terserah saya". Logikanya memang benar, kehidupan anda tentu saja terserah anda. Anda tidak mungkin hidup "terserah orang lain" itu sama saja dengan menggadaikan hidup anda. Istilah yang muncul di tahun 2005-an ini (kalau tidak salah), mengubah pola pikir remaja tentang banyak hal. Salah satu hal yang paling menonjol adalah pergaulan. Remaja dengan usia 15 -18 sering kali terganggu dengan ungkapan ini, usia dimana mereka mencari jati diri dan menilai prilaku mereka sendiri. Usia ini sangat rentan untuk dipengaruhi karena pada usia tersebut mereka lebih aktif berpikir dan bergerak secara acak, dan jika tidak dibimbing dengan benar maka akan menciptakan generasi yang acak-acakan. Pemikiran "terserah saya" diartikan oleh remaja sebagai sebuah kebebasan. Kebebasan yang tidak bisa dibendung, berbuat sesuka hati, dimana sebagian kebebasa

Dari Pulau Bunga Ke Pulau Dewa

Dari Pulau Bunga Ke Pulau Dewa Oleh: Chappy Hakim Pada tahun 1961 ayah saya menulis sebuah buku yang diberi judul Dari Pulau Bunga ke Pulau Dewa.  Buku itu berisi semacam laporan perjalanan dari Pulau Bunga (Flores) ke Pulau Dewa (Bali).   Perjalanan tersebut adalah sebuah tugas kedinasan dari Yayasan Kantor Berita Antara dalam meliput perjalanan dinas Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K),  pada kabinet Ali – Arifin (kabinet Ali Sastroamidjojo yang pertama), yang saat itu dijabat oleh Bapak MR. Muhammad Yamin. Perjalanan dinas Menteri itu sendiri dilakukan pada 24 Januari sampai dengan 2 Februari di tahun 1954.  Buku yang berujud “pocket-book”  diterbitkan oleh penerbit yang sangat terkenal di saat itu dalam urusan buku-buku bermutu yang berukuran saku,  Penerbit Djambatan namanya.   Walaupun berangkat dari Jakarta, namun perjalanan dinas Menteri PP dan K  itu sendiri, hanyalah perjalanan yang dimulai dari Flores sampai dengan pulau Bali. Dari Flor