Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2018

8 Pernyataan Stephen Hawking Yang Mengejutkan Dunia

8 Pernyataan Stephen Hawking Yang Mengejutkan Dunia  Stephen Hawking- @U -report Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942; umur 76 tahun, adalah seorang ahli fisika teoretis. Ia adalah seorang profesor Lucasian dalam bidang matematika di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and Caius College, Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan radiasi Hawking. Salah satu tulisannya adalah A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut.Pada tahun 2010 Hawking bersama Leonard Mladinow menyusun buku The Grand Design. Meskipun mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena sklerosis lateral amiotrofik, karier ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akad

Serangan Terhadap Gereja, Saya Katolik Dan Saya Memaafkan

Serangan Terhadap Gereja, Saya Katolik Dan Saya Memaafkan Beberapa hari ini kita dihebohkan dengan aksi penyerangan terhadap umat Katolik yang sedang mengikuti misa. Aksi ini lain dari yang lain. Lebih berani dan terbuka. Seorang remaja bersenjatakan samurai menyerang umat dan pastor di dalam Gereja. Rasanya seperti mimpi, mencoba untuk tak mempercayainya, namun itu nyata. Kejadian ini tentu saja membuat saya sebagai umat Katolik bersedih. Namun pada akhirnya saya harus berbangga. Bagaimana tidak, ratusan doa bergulir di beranda media sosial saya. Tidak ada yang mencela ataupun menghakimi. Dan lebih berbangga lagi, masing-masing saling mengingatkan agar tidak terprovokasi dengan berita yang bergulir. Serangan terhadap gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta ini memang patut kita sesalkan. Indonesia negara yang berdiri karena seribu perbedaan dalam satu rasa ini, tercoreng dengan aksi tidak terpuji tersebut. Sebagai anak bangsa, patut kita bertanya

O tempora! O mores! Oh zaman apakah ini! Akhlak macam apakah ini!

O tempora! O mores!  Oh zaman apakah ini! Akhlak macam apakah ini! Itu adalah kata pembukaan orasi dari senator Cicero saat berdebat melawan Catilina, seorang politikus Roma di hadapan Senat Romawi tahun 63 SM. Oh zaman apakah ini! Akhlak macam apakah ini! Kutipan lengkapnya seperti ini: “O tempora! O mores! Senatur haec intellegit, consul videt; hic tamen vivit. Vivit? Immo vero etiam in senatum venit, vit publici consili particeps, notat et designat oculis ad caedem unum quemque nostrum. Nos autem, fortes viri, satisfacere rei publicae videmur, si istius furorem ac tela vitamus. Ad mortem te, Catilina, duci iussu consulis iam pridem oportebat, in te conferri pestem, quam tu in nos machinaris.” Artinya: Oh, zaman apakah ini! Oh, akhlak macam apakah ini! Senat sudah mengetahuinya, Konsul sudah melihatnya; namun orang ini (Catilina) masih juga hidup. Dia itu sungguh hidup? Ya, dia bahkan datang ke Senat, dia ikut serta merumuskan kebijakan publik, dengan pandangan matanya dia

Hoax, Kecemasan Dari Dan Untuk Para Elit

Hoax, Kecemasan Dari Dan Untuk Para Elit Hoax adalah informasi tidak benar atau tidak nyata, dimana informasi tidak benar (hoax) ini dikemas dengan sangat baik hingga orang yang mendengar atau membaca informasi tersebut merasa bahwa kabar berita hoax tersebut benar adanya. Asal kata 'hoax' diyakini ada sejak ratusan tahun sebelumnya, yakni 'hocus' dari mantra 'hocus pocus'. Frasa yang kerap disebut oleh pesulap, serupa 'sim salabim'. Alexander Boese dalam bukuny, Museum of Hoaxes, mencatat hoax pertama yang dipublikasikan adalah almanak atau penanggalan palsu yang dibuat Isaac Bickerstaff alias Jonathan Swift pada 1709. Saat itu, ia meramalkan kematian astrolog John Partridge. Agar meyakinkan publik, ia bahkan membuat obituari palsu tentang Partridge pada hari yang diramal sebagai hari kematiannya. Swift mengarang informasi tersebut untuk mempermalukan Partridge di mata publik. Partridge pun berhenti membuat almanak astrologi hingga en