Ketika Manusia Mengkhianati Allah
Pada mulanya adalah terang, dari bintang berpendar menyisiri ruang jauh hingga menyatu dilorong gelap. Pada mulanya adalah suara, bisikan daun gugur dalam tarian angin lembut dan percik air jatuh seperti bernyanyi. Saat itu, awal dimana leluhur adalah alam, tenggelam jauh dalam semedi dan bersyukur.
Jauh dan tak terlihat, Dia yang Esa melihat semuanya sempurna maka jadilah Adam sang penguasa terlahir sendirian dalam sepi. Terlalu larut dalam hening yang suram, Yang Esa enggan berdiam diri, maka jadilah Hawa pelengkap kesempurnaan dengan nafsu yang tumbuh membakar.
Saat itu batu dan kayupun bertelinga.
Tak terlalu lama, awan hitam memuntahkan amarahnya, dengan petir sebagai pedang, Yang Esa bergumam sedih pergilah kau bersama nafsu, titah Ku telah kau langgar.
Begitulah cerita ini dimulai.....Kita..! saya, kau dan mereka ada karena pengkhianatan manusia terhadap Allah.
Abad telah berganti abad, alam kini tak muda lagi, halus tangan berubah kasar, senyum manis berubah kecut.
Entah bagaimana mulanya, Allah bertitah ..."Luruskanlah Jalan Bagi Tuhan" serempak alam menunduk rendah namun manusia meludah congkak.
Aku penguasa itu, dia keturunan Adam menantang langit.
Ah, dia tetap hidup...kenapa tak musnah disaat itu, saat Ku tenggelamkan tempat mereka untuk berteduh..? Dimanakah celah nafsu merasuk..? Allah menatap takjub....Lihatlah mereka ciptaan ku binasa ditangan sendiri, berdarah untuk hidupnya sendiri.
Maka pecahlah terang, berpijar dengan alurnya sendiri, merendah untuk nasibnya sendiri.
Mereka melupakan Ku, gumam Allah disaat purnama menyatukan semesta dalam satu garis lurus. Ada titah tertulis disana "Ku ciptakan kalian berdua-dua agar malam tak lagi menyesatkan".
Namun seperti mimpi, nafsu kembali hadir di saat terjaga, membentuk kotak-kotak pemisah untuk kembali berdarah-darah.
Lagi dan lagi, dunia dimandikan amis darah keturunan Adam. Kembali suara yang sama bergema diujung langit "Selalu sama kalian dimata Ku, kenapa mencela dianggap bijak, membunuh dianggap benar..? Apakah salah menciptakan Hawa? bukan maksudku membunuh Adam? Sudah ku ingatkan jaga pantangan, satu turunan kalian bersaudara"
Sudahlah....Tak akan titah merubah nasib, nafsu memang tak bisa dibendung.
Dan aku merasakan sendiri getir nafsu di depan mata. Manusia-manusia itu menganggap diri adalah benar, Membunuh....membunuh ratusan bahkan ribuan anak Adam hanya untuk memuja Yang Esa...!!! Mereka bilang Yang Esa harus dibela, mereka bilang yang bersalah kepada Yang Esa harus dibunuh!!!
Lantas kenapa Adam dan Hawa dibiarkan hidup...? Bukankah mereka juga bersalah...? Bukankah saat itu Yang Esa adalah hakim..?
Kurasakan nafsu yang dulu hidup kembali dan tinggal didasar hati mereka. Benar, nafsu itu tinggal dihati mereka, membunuh keturunan Adam dan lupa jika mereka juga berasal dari sang Adam.
Mereka mengingatkan ku kembali kepada awal dimana hanya ada Adam dan Hawa. Mereka mengingatkan ku tentang masa itu Ketika Manusia Mengkhianati Allah dan mereka kini mengulanginya lagi Mengkhianati Allah.(wain)
Mereka mengingatkan ku kembali kepada awal dimana hanya ada Adam dan Hawa. Mereka mengingatkan ku tentang masa itu Ketika Manusia Mengkhianati Allah dan mereka kini mengulanginya lagi Mengkhianati Allah.(wain)
Comments
Post a Comment